Saturday, December 24, 2011

Class Of 2010 Chapter 3 : Their Mess Part 1

Hari ini adalah hari pengumum an audisi pengisi acara Saturday Night Live. Audisinya pun sudah berlangsung hari Selasa kemarin. Semua murid yang mengikuti audisi tersebut tidak sabar menunggu hasilnya. Seperti biasa, koridor lantai 2 terlihat ramai. Then suddenly, suasana yang tidak biasa pun terjadi.

"MINGGIR!!!!!!" Kata Leticia di koridor sekolah saat pagi hari.
"Nggak liat apa kita mau lewat?" Kata Julie.
"Tau nih, punya mata nggak?" Kata Leticia dengan nada mulai meninggi.
"Iya Kak, maaf Kak.." Kata anak laki-laki yang di bentak oleh Julie dan Leticia tersebut.
Lalu mereka kembali berjalan dan menghiraukan anak laki-laki tersebut. Aku yang melihat dari kejauhan pun bingung melihat tingkah laku para siswa disini. Saat Andrea, Julie, dan Leticia berjalan di koridor, mereka terdiam sesaat dan setelah mereka meninggalkan koridor keadaan pun kembali seperti semula.
"Ok, mereka kenapa?" Tanya Cica.
"Yaa......you know lah. The Queen Bees always act like that." Jawab Saras sambil menutup loker.
"Emang, gue juga nggak suka . Tapi daripada kita cari masalah, mending kita diem aja." Kata Saras.
"Iya, lo bener." Kata Cica sambil menutup lokernya.
"KRIIING!!!!" Bel tanda pelajaran pertama pun berbunyi.
"Ayo cepet masuk kelas, entar kita telat."Ajak Saras.
"Ayo yuk." Kata Cica setuju.

Suasana kelas 9B tidak jauh berbeda dengan kelas 9A. Ada yang asyik mengobrol, ada yang membaca buku, ada juga yang asyik bercanda.
"Eh, eh tadi di koridor itu ada apaan sih?" Tanya Shifa.
"Biasa lah....si 'itu' tuh." Kata Cica.
"Emang lo tadi kemana? Kok nggak tau?" Tanya Icha.
"Gue di kelas." Jawab Shifa.
"Oh..." Kata Icha menaggapi.
"Eh, Mr. Kevin dateng!" Kata Fandy sang ketua kelas mengingatkan.

Sementara di kelas 9A
"eh, lo udah ngerjain IPS kan?" Tanya Dilla kepadaku.
"Iya udah, emang kenapa?" Kataku.
"Pinjaaaaaam. Hehehe..." Kata Dilla.
"Oh...mau nyontek? Bentar gue ambil dulu." Kataku sambil membuka tasku.
"Nih." Kataku lagi sambil memberikan buku kepada Dilla.
"Ais, Ais, Ais! Pinjem IPS dong, gue belom nih." Pinta Ochan.
"Tuh, masih ada di Rahma." Kata Ais.
"Yaaaaah……” Kata Ochan kecewa.

“Can, gue mau request lagu dong biar diputer di radio sekolah.” Pinta Emma.

“Boleh…boleh…lagu apaan?” Kata Ochan.

“Mmmm….lagunya Katy Perry aja deh, terserah yang mana aja.” Kata Emma.
“Oke, sip.” Kata Ochan sambil menulis permintaan Emma di pada secarik kertas.

“Ochaaaaaan!!” Kata Obin sambil melepas pita rambut Ochan.

“Bagus Bin, bagus. Lempar ke sini pitanya!” Kata Ais.

“Eh, pita gue jangan di lempar-lempar dong, please…” Kata Ochan memohon.

“Woi! Mrs. Stephanie dateng!” Kata Miftah memberitahu.

Waktu istirahat pun tiba, aku datang ke kantin untuk mencari Nayla dan Dilla yang sudah terlebih dahulu ke sana. Ternyata mereka ada di meja yang biasa mereka tempati. Aku pun segera menghampiri mereka.

“Dil, Nay, cepet ke kelas. Ada sesuatu, cepet ayo.!” Ajakku sambil menarik tangan Nayla. Aku, Dilla, dan Nayla pun segera berlari menuju kelas.

Sesampainya di kelas….

“Ada apa sih?” Tanya Nayla.

“Tuh liat aja sendiri.” Kata Miftah sambil menunjuk ke arah papan mading kelas. Di papan mading kelas tertempel nama-nama murid kelas 9A yang lolos audisi untuk Saturday Night Live. Mereka yang terpilih adalah :

- Devi Permata Sari

- Putri Andhana Xaviera

- Desya Alya Andhika

- Rezky Regina

- Rizal Pratama

- Jacob Alex Sanders

Dibawah selembaran tersebut tertulis

“PS : Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. Bagi yang terpilih diharap mengikuti Technical Meeting hari ini pukul 13.00-selesai.”

Setelah membaca tulisan tersebut, Dilla, Obin, Nayla, Ais, dan Aku kecewa. Harapan kami untuk tampil di Saturday Night Live kandas sudah.

Hari ini Dilla, Obin, dan Ais datang ke rumahku. Masih ada perasaan kecewa dalam diri kami, kami ber-4 hanya duduk terdiam di ruang santai yang berada di lantai 2 rumahku.

“Hhh…” Aku menghela nafas.

“Gue udah berusaha meksimal, masa’ nggak lolos audisi?” Kata Obin.
“Yaaa…..namanya juga usaha Bin. Lagipula ini kan audisi, pasti ada yang lolos ada yang enggak.” Kataku.

“Iya, tapi kayaknya ada sesuatu di balik semua ini.” Kata Ais.

“Iya, pasti! Gue juga ngerasain.” Kata Dilla.

“Mmmm…maksud kalian, Andrea yang di balik semua ini?” Kataku menebak.

“Iya.” Kata Ais.

“Kenapa sih? Harus ada ‘Queen Bees’ di dunia ini?” Kata Obin kesal.

“Sekali-kali mereka ngerasain kek, apa yang kita rasain.” Kata Dilla kesal.

“Kalian masih mending. Lo semua inget nggak waktu pertama kali mereka sekolah di Vade International Secondary School?” Kataku.

“Mmmm…yoghurt mendarat di kepala lo?” Kata Ais.

“Hahahaha, yoghurt mendarat di kepala. Hahahaha ada-ada aja lo.” Kata Obin kepada Ais.

“Iiiiih….malah ketawa lagi! Gara-gara itu kan gue pulang bau yoghurt.” Kataku kesal.

“Lo masih mending Nis, cuma yoghurt. Nah gue?” Kata Dilla.

“Mmmm….oh iya! lo dihukum nulis 1 papan tulis ‘Saya Tidak Akan Mencontek Lagi’ iya kan?” Ingat Obin.

“Yup, betul, betul, betul. Gara-gara itu setiap kali ulangan gue diliatin guru melulu.” Kata Dilla.

“Eh waktu itu, mereka belajar di kelas kita kan? Maksud gue kejadiannya pas mereka belajar di kelas kita.” Kataku.

“Iya, dan itu hari paling menyebalkan! Karena apa? Mereka sok, belagu, dan nyari perhatian sama guru.” Kata Ais.

“Betul!” Kata kami serempak.

Selama 6 Jam, kami bercerita tentang apa yang telah diperbuat oleh Andrea, Julie dan Leticia di sekolah kepada semua teman-teman kami. Kami juga mendiskusikan baju apa yang akan dipakai untuk Saturday Night Live nanti. Sekitar jam 8 malam Obin, Dilla, dan Ais pulang ke rumah mereka masing-masing. Karena sudah malam, aku dan kedua kakakku mengantar mereka pulang dengan mobil.

Hari demi hari pun berlalu, akhirnya tiba saatnya Saturday Night Live. Aku mengenakan Grey Jeans, Violet Top, Leather Jacket, dan Heels. Aku sudah membuat janji dengan Manda, Icha, Cica, Astrid, Saras, Shifa, Ochan dan Virsa untuk berkumpul di kelas 9B. Aku datang ke sekolah sekitar jam 4 sore, aku memang sengaja datang lebih awal karena Aldy adalah panitia Saturday Night Live. Ya, kami berangkat bersama. Karena belum ada yang datang selain para panitia, aku memutuskan untuk ke ruang musik. Disana aku menemui sebuah Grand Piano berwarna hitam. Aku pun melihat-lihat seisi ruang musik, memastikan tidak ada orang lain selain aku. Setelah itu, aku mulai mencoba mendentingkan Grand Piano tersebut. Jujur, aku sedikit malu bila ada orang yang melihat permainan pianoku. Kecuali Adhan dan Aldy yang sudah sering melihatku bermain piano dirumah. Dentingan pianoku memenuhi seluruh ruang musik yang hening. Ku akui permainan pianoku kali ini sangat bagus.

“Permainan piano lo bagus Nis, gue nggak nyangka lo bisa main sebagus itu.”

Tiba-tiba terdengar suara seorang cowok. Suara itu datangnya dari belakangku. Aku pun kaget mendengar suara cowok itu dan seketika aku berhenti memainkan pianoku.


----------------------TO BE CONTINUED-----------------------------